.

Hasbunallaahu wa ni`mal Wakiil La Haula Walaa Quwwata Illaa Billaah

Selasa, 24 Desember 2013

Tentang Ikhlas

Sesungguhnya segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam, yang berkuasa membolak-balikkan hati anak Adam bagaimanapun Dia inginkan. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi akhir zaman dan pembawa lentera bimbingan untuk membangkitkan kesadaran hati manusia yang telah lalai dan lupa akan hakekat kehidupan. Amma ba’du.

Saudara-saudara sekalian, semoga Allah menambahkan kepada kita bimbingan dan pertolongan… sesungguhnya pada masa-masa seperti sekarang ini; masa yang penuh dengan ujian dan godaan serta kekacauan yang meluas di berbagai sudut kehidupan… kita sangat memerlukan hadirnya hati yang diwarnai dengan keikhlasan. Hati yang selamat, sebagaimana yang disinggung oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya (yang artinya),

“Pada hari itu -hari kiamat- tidaklah bermanfaat harta dan keturunan kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. asy-Syu’ara’: 88-89)

Hati yang ikhlas itulah yang selamat

Ibnul Qayyim rahimahullah memaparkan,
“Ia adalah hati yang selamat dari segala syahwat/keinginan nafsu yang menyelisihi perintah dan larangan Allah serta terbebas dari segala syubhat yang menyelisihi berita yang dikabarkan-Nya.” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Hati yang selamat itu adalah hati yang selamat dari syirik dan keragu-raguan serta terbebas dari kecintaan kepada keburukan/dosa atau perilaku terus menerus berkubang dalam kebid’ahan dan dosa-dosa. Karena hati itu bersih dari apa-apa yang disebutkan tadi, maka konsekunsinya adalah ia menjadi hati yang diwarnai dengan lawan-lawannya yaitu; keikhlasan, ilmu, keyakinan, cinta kepada kebaikan serta dihiasinya -tampak indah- kebaikan itu di dalam hatinya. Sehingga keinginan dan rasa cintanya akan senantiasa mengikuti kecintaan Allah, dan hawa nafsunya akan tunduk patuh mengikuti apa yang datang dari Allah.” (Taisir al-Karim ar-Rahman [2/812])

Ibnul Qayyim rahimahullah juga mensifatkan pemilik hati yang selamat itu dengan ucapannya,
“…Ia akan senantiasa berusaha mendahulukan keridhaan-Nya dalam kondisi apapun serta berupaya untuk selalu menjauhi kemurkaan-Nya dengan segala macam cara…”.

Kemudian, beliau juga mengatakan, “… amalnya ikhlas karena Allah. Apabila dia mencintai maka cintanya karena Allah. Apabila dia membenci maka bencinya juga karena Allah. Apabila memberi maka pemberiannya itu karena Allah. Apabila tidak memberi juga karena Allah…” (Ighatsat al-Lahfan, hal. 15)

Ayat-Ayat Yang Memerintahkan Untuk Ikhlas
Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab dengan benar, maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya agama yang murni itu merupakan hak Allah.” (QS. az-Zumar: 2-3)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Padahal, mereka tidaklah disuruh melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama untuk-Nya dalam menjalankan ajaran yang lurus, mendirikan sholat dan menunaikan zakat. Demikian itulah agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Berdoalah kepada Allah dengan mengikhlaskan agama/amal untuk-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.” (QS. Ghafir: 14)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Dialah Yang Maha Hidup, tiada sesembahan -yang benar- selain Dia, maka sembahlah Dia dengan mengikhlaskan agama bagi-Nya.” (QS. Ghafir: 65)

Hadits-Hadits Yang Memerintahkan Untuk Ikhlas
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amalan kecuali yang ikhlas dan dilakukan demi mengharap wajah-Nya.” (HR. Nasa’i dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, sanadnya hasan, dihasankan oleh al-Iraqi dalam Takhrij al-Ihya’)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku kelak pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas dari dalam hati atau dirinya.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu)

Gara-Gara Tidak Ikhlas

Dari Sulaiman bin Yasar, dia berkata: Suatu saat, ketika orang-orang mulai bubar meninggalkan majelis Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, maka Natil -salah seorang penduduk Syam- (beliau ini adalah seorang tabi’in yang tinggal di Palestina, pent) berkata kepadanya,

“Wahai Syaikh, tuturkanlah kepada kami suatu hadits yang pernah anda dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Abu Hurairah menjawab,
“Baiklah. Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah:

[Yang pertama] Seorang lelaki yang telah berjuang demi mencari mati syahid. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku menemui mati syahid.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani, dan sebutan itu telah kamu peroleh di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.

[Yang kedua] Seorang lelaki yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca/menghafal al-Qur’an. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku menimba ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca/menghafal al-Qur’an di jalan-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu menimba ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai qari’. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.

[Yang ketiga] Seorang lelaki yang diberi kelapangan oleh Allah serta mendapatkan karunia berupa segala macam bentuk harta. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Tidak ada satupun kesempatan yang Engkau cintai agar hamba-Mu berinfak padanya melainkan aku telah berinfak padanya untuk mencari ridha-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sesungguhnya kamu berinfak hanya demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang dermawan. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.”

(HR. Muslim [1903], lihat Syarh Muslim [6/529-530])

Hadits yang agung ini memberikan faedah bagi kita, di antaranya:

1. Dosa riya’ -yaitu beramal karena dilihat orang dan demi mendapatkan sanjungan- adalah dosa yang sangat diharamkan dan sangat berat hukumannya (lihat Syarh Muslim [6/531]). Riya’ merupakan bahaya yang lebih dikhawatirkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpa orang-orang salih sekelas para sahabat. Beliau bersabda,

“Maukah kukabarkan kepada kalian mengenai sesuatu yang lebih aku takutkan menyerang kalian daripada al-Masih ad-Dajjal?”. Para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Beliau berkata, “Yaitu syirik yang samar. Tatkala seorang berdiri menunaikan sholat lantas membagus-baguskan sholatnya karena merasa dirinya diperhatikan oleh orang lain.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, al-Bushiri berkata sanadnya hasan) (lihat at-Tam-hid, hal. 397, al-Qaul al-Mufid [2/55]).

Kalau para sahabat saja demikian, maka bagaimana lagi dengan orang seperti kita? Allahul musta’aan…

2. Dorongan agar menunaikan kewajiban ikhlas dalam beramal. Hal ini sebagaimana yang telah Allah perintahkan dalam ayat (yang artinya),
“Tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar menyembah Allah dengan mengikhlaskan amal untuk-Nya dalam menjalankan agama yang lurus.” (QS. al-Bayyinah: 5) (lihat Syarh Muslim [6/531])

3. Hadits ini menunjukkan bahwa dalil-dalil lain yang bersifat umum yang menyebutkan keutamaan jihad itu hanyalah berlaku bagi orang-orang yang berjihad secara ikhlas. Demikian pula pujian-pujian yang ditujukan kepada ulama dan orang-orang yang gemar berinfak dalam kebaikan hanyalah dimaksudkan bagi orang-orang yang melakukannya ikhlas karena Allah (lihat Syarh Muslim [6/531-532])

4. Sesungguhnya ikhlas tidak akan berkumpul dengan kecintaan kepada pujian dan sifat rakus terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Tidak akan bersatu antara ikhlas di dalam hati dengan kecintaan terhadap pujian dan sanjungan serta ketamakan terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, kecuali sebagaimana bersatunya air dengan api atau dhobb/sejenis biawak dengan ikan -musuhnya-.” (al-Fawa’id, hal. 143)

5. Keikhlasan merupakan sesuatu yang membutuhkan perjuangan dan kesungguh-sungguhan dalam menundukkan hawa nafsu. Sahl bin Abdullah berkata,
“Tidak ada sesuatu yang lebih sulit bagi jiwa manusia selain daripada ikhlas. Karena di dalamnya sama sekali tidak terdapat jatah untuk memuaskan hawa nafsunya.” (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 26).

Sebagian salaf berkata,
“Tidaklah aku berjuang menundukkan diriku dengan perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan untuk meraih ikhlas.” (lihat al-Qaul al-Mufid [2/53])

6. Tercela dan diharamkannya orang yang menimba ilmu agama tidak ikhlas karena Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya dipelajari demi mencari wajah Allah akan tetapi dia tidak menuntutnya melainkan untuk menggapai kesenangan dunia maka dia pasti tidak akan mendapatkan bau -harum- surga pada hari kiamat kelak.” (HR. Abu Dawud dan disahihkan al-Albani) (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 22)

7. Amalan yang tercampuri syirik -contohnya riya’- tidak diterima oleh Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah ta’ala berfirman: Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang dia mempersekutukan diri-Ku dengan selain-Ku maka akan Kutinggalkan dia bersama kesyirikannya.” (HR. Muslim) (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 23)

8. Sebesar apapun amalan, maka yang akan diterima Allah hanyalah amal yang ikhlas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan kecuali yang dilakukan dengan ikhlas dan demi mencari wajah-Nya.” (HR. Nasa’i dan dihasankan al-Albani) (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 21)

9. Amalan yang besar bisa berubah menjadi kecil gara-gara niat, sebagaimana amal yang kecil bisa menjadi bernilai besar karena niat. Ibnu Mubarak berkata,
“Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak amalan yang besar menjadi kecil karena niat.” (lihat Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19)

Buah Keikhlasan

Di antara buah paling agung yang diperoleh oleh orang-orang yang ikhlas adalah diharamkan tersentuh api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah mengharamkan sentuhan api neraka kepada orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas karena ingin mencari wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Itban radhiyallahu’anhu)

Orang yang ikhlas/bertauhid maka akan selamat dari hukuman kekal di dalam neraka, yaitu selama di dalam hatinya masih tersisa iman/tauhid meskipun sekecil biji sawi. Dan apabila keikhlasan itu sempurna di dalam hatinya maka ia akan selamat dari hukuman neraka dan tidak masuk ke dalamnya sama sekali (lihat al-Qaul as-Sadid, hal. 17)

Orang yang mendapatkan keutamaan ini hanyalah orang yang ikhlas dalam mengucapkan kalimat syahadat. Maka terkecualikan dari keutamaan ini orang-orang munafik, dikarenakan mereka tidak mencari wajah Allah ketika mengucapkannya (lihat at-Tam-hid, hal. 26).

Hadits ini mengandung bantahan bagi kaum Murji’ah yang menganggap bahwa ucapan la ilaha illallah itu sudah cukup meskipun tidak disertai dengan harapan untuk mencari wajah Allah (ikhlas). Demikian pula, hadits ini mengandung bantahan bagi kaum Khawarij dan Mu’tazilah yang beranggapan bahwa pelaku dosa besar kekal di dalam neraka, sementara hadits ini menunjukkan bahwa para pelaku perbuatan-perbuatan yang diharamkan tersebut -dan tidak bertaubat sebelum matinya- tidak akan kekal di neraka, hanya saja pelakunya memang berhak menerima hukuman/siksa (lihat al-Qaul al-Mufid ‘ala Kitab at-Tauhid [1/46])

Selain itu, orang yang ikhlas juga akan merasa ringan dalam melakukan berbagai ketaatan -yang pada umumnya terasa memberatkan-, karena orang yang ikhlas senantiasa menyimpan harapan pahala dari Allah. Demikian pula, ia akan merasa ringan dalam meninggalkan maksiat, karena rasa takut akan hukuman Rabbnya yang tertanam kuat di dalam hatinya (lihat al-Qaul as-Sadid, hal. 17)

Orang yang ikhlas dalam beramal akan bisa mengubah amalannya yang tampak sedikit menjadi banyak pahalanya, sehingga ucapan dan amalannya akan membuahkan pahala yang berlipat ganda (lihat al-Qaul as-Sadid, hal. 19).

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Amal-amal itu sesungguhnya memiliki keutamaan yang bervariasi dan pahala yang berlipat-lipat tergantung pada keimanan dan keikhlasan yang terdapat di dalam hati orang yang melakukannya… ” (Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 17). Semoga Allah menjadikan kita orang yang ikhlas.

Senin, 23 Desember 2013

@syekhalijaber | Ikhlas


PERSIAPAN NIKAH YANG BARAKAH

1. Jangan pernah terbersit niat bikin undangan yang mahal-mahal . Tak ada artinya sama sekali. Ia hanya akan berakhir di tempat sampah. Pilihlah yang murah tapi manfaatnya ada. Ada yang desain kalender meja, kumpulan doa, berisi nasehat2 kebaikan yang tahan lama. Sekedar berbagi, saya memilih desain buku 22 halaman yang berisi kumpulan doa keluarga islami, nasehat dan doa kebaikan, serta kalender di akhir buku.

2. Jangan pernah terbersit niat berfoto pre-wedding. Foto romantis bersama pasangan tak halalmu itu bisa diganjar dengan ribuan kali lipat dosa, sebanyak ia tercetak dan terlihat oleh yang akan kau undang. Sabarlah, usai nikah silahkan puaskan hasrat berfotomu dengan kekasih halalmu. Foto post wedding moga lebih berkah.

3. Jangan pernah terbersit niat menjadikan pernikahan sebagai ajang untuk menyebut dan membangga-banggakan gelar akademis, gelar kehormatan, jabatan, serta beragam hal yang tak relevan dengan nikahmu. Apalagi mencantumkannya di undangan. Ingat, kau hendak nikah, bukan hendak cari beasiswa.

4. Jangan bermewah dalam acara. Bukan mahalnya biaya nikah yang jadi penjamin keutuhan dan kebahagiaan rumah tanggamu kelak. Bukan kesan ‘wah’ yang mengutuhkan keluargamu. Justru dalam kesederhanaan yang penuh ketawadhu’an, serta berharap hadirnya doa-doa tulus yang jadi perantara Tuhan untuk menghadirkan bahagia dalam rumah tanggamu.

5. Hindari sajian hiburan yang tak elok dinikmati. Tujuan walimah adalah mengabarkan pernikahan serta menampung doa keberkahan dari undangan. Hindari dangdutan dengan penyanyi seksi, apalagi musik Arab dengan tarian perut. Yang Arab juga belum tentu islami. Saya dulu lebih tertarik menghadirkan sahabat2 Cinta Rebana ITS yang membawakan shalawat yang teriring murni dengan rebana. Tanpa iringan lain. Moga lebih sesuai sunnah.

6. Hindari beragam aktivitas yang mengundang murka-Nya. Sesajen, pawang hujan, hitungan hari baik, serta beragam ritual yang tak rasional dan tak relevan dalam agama. Banyak2lah ngobrol dengan keluarga tentang persiapan yang lebih baik, agar pas hendak nikah, tak terjadi perdebatan antara kalian dengan keluarga.

Salam penuh cinta,

created : Ustadz Ahmad Rifai Rifan


Senin, 16 Desember 2013

Rendah Hati Meninggikan Derajat

Jakarta - Segala puja-puji seluruhnya hanyalah milik Allah Yang Maha Menatap, Maha Mendengar, yang mengangkat dan merendahkan siapapun yang ia kehendaki. Ya Allah, jangan biarkan kami mempunyai kelebihan yang membuat kami sombong, melainkan berikanlah kepada kami kenikmatan menjadi hamba yang tawadhu. Ya Rabb… hanya Engkaulah yang mengangkat dan merendahkan hamba-hamba-Mu, angkatlah derajat kami dengan ridhamu ya Allah.

Kita semua memang ingin dihargai, itu normal adanya. Ingin dihormati, dimuliakan, itu normal juga. Tetapi menjadi tidak normal ketika kita diperbudak keinginan dihargai, keinginan dihormati, keinginan dimuliakan dengan melakukan perbuatan ria (ingin dipuji), dan lebih buruk lagi ketika keinginan itu membuat kita sombong, merasa lebih, mendustakan kebenaran. Padahal ada jalan untuk menjadi mulia, dan jalan inilah yang harus kita tempuh, seperti apakah jalan itu:

Rasulullah SAW, bersabda :

“Barang siapa yang berendah diri maka Allah akan memuliakannya, dan siapa yang sombong besar diri Allah akan menghilangkannya.”

Dalam kitab Al-Hikam, Ibnu Athoillah berkata :

“Tanamlah dirimu dalam tanah kerandahan, karena sesuatu yang tidak ditanam tidak bisa tumbuh dengan baik,”

Pohon yang akarnya menghujam ke dalam tanah, akan kokoh, walau ditiup angin, dihempas topan, diterjang badai. Akan tetapi pohon yang akarnya tidak menyentuh tanah, ketika disiram air akan goyang, ketika dihempas angin akan rusak, diterjang badai hancur.

Apakah artinya, apabila ingin mempunyai pribadi yang kokoh, maka kuncinya tanamlah diri ini di bumi kerendahan hati, bukan rendah diri. Hujamkan makin rendah hati makin dinaikan.

Barang siapa yang rendah hati, Allah SWT akan meninggikan, dan yang takabbur Allah SWT yang akan merendahkannya. Oleh karena itu, jalan menuju orang yang dimuliakan, orang yang ditinggikan oleh Allah, kuncinya adalah kita harus menjadi orang-orang yang tawadhu, orang yang rendah hati.

Kesombongan, ketakaburan adalah jalan pintas yang akan menghinakan kita, kerendahan hati itulah jalan utama yang membuat kita akan mulia dunia dan insya Allah akhirat.

Jadi, kelebihan yang membuat sombong itu bisa menjadi sebuah kekurangan besar. Kita diberi kelebihan rejeki kemudian kita menjadi takabur, itu juga akan menjadikan kekurangan, maka setiap kenaikan sesuatu tingkat pendidikan, kedudukan, penampilan, maka ibadahnya juga harus makin meningkat, karena peluang itu ada, jika tidak dilatih, maka diri kita bisa menjadi hina.

*Pimpinan Ponpes dan Pendiri-Pembina DPU Daarut Tauhiid
 
 

kajian al hikam kh. Abdulah gym nastiar masjid Al latif, 16 april 2013


syekhalijaber | 10 Sebab Penghalang Dekat Dengan Allah


Sabtu, 14 Desember 2013

Rahasia yang sempurna

Kau bagaikan air
Bening dan suci terus mengalir
Tak mampu ku genggam
Hanya bisa terpesona dan takjub

Kau bagaikan air
Bening dan suci terus mengalir
Mengenalmu belum waktunya
Apalagi menyapa dirimu

Kau bagaikan pelangi
Indah dan mempesona
Tak bisa ku bayangkan
Dan tak mungkin terbayangkan

Aku belum pernah berjumpa denganmu
Aku belum pernah mendengar suaramu
Aku tidak tahu pasti siapa dirimu
Karena kau masih rahasia yang sempurna

kau adalah mimpi bagiku
Yang masih tersimpan indah dalam genggaman-Nya
Untuk-Mu aku bersabar...
Dalam penantian yang indah
Untuk-Mu aku bersyukur...
Dalam kesendirian yang terjaga

( Oleh dicky kinanzar )

Cibubur, 15/12/2013


Rabu, 11 Desember 2013

10 Nasihat untuk Mempelai Wanita

Alangkah indah nasihat seorang ibu untuk putrnya yang hendak dinikahkan dengan al-Harits bin ‘Amr al-Kindi. Dia pesankan,
“Wahai putriku, sesungguhnya jikalau wasiat tak lagi diberikan untuk seorang yang beradab dan bernasab mulia, tentu takkan kuberikan wasiat ini untukmu. Namun, wasiat adalah pengingat bagi orang yang berakal dan pemberi peringatan bagi orang yang lalai.
Wahai putriku, seandainya anak perempuan tak lagi membutuhkan suami karena ayah bundanya telah mencukupinya, sesungguhnya engkau orang yang paling tak butuh terhadap suami. Namun, kita ini diciptakan untuk kaum laki-laki, sebagaimana pula diciptakan kaum laki-laki untuk kita.
Wahai putriku, engkau hendak berpisah dengan tempat kelahiranmu, meninggalkan kehidupan yang dahulu engkau tumbuh di sana, menuju tempat yang tak kau kenal bersama teman yang asing bagimu. Dengan kepemilikannya atas dirimu, dia menjadi penguasa atasmu. Berlakulah layaknya hamba sahayanya, niscaya dia akan menjadi sahaya yang tunduk kepadamu. Jagalah sepuluh hal yang akan menjadi simpanan berharga bagimu:

1. Bergaullah dengannya dengan penuh qana’ah karena qana’ah akan melapangkan hati.
2. Dengar dan taatlah engkau dengan baik karena pada kedua hal ini ada keridhaan Rabbmu.
3. Berupayalah menjaga pandangan mata dan penciumannya, jangan sampai kedua matanya memandang sesuatu yang buruk darimu dan hidungnya mencium sesuatu darimu selain aroma yang semerbak wangi.
4. Kenakanlah selalu celak dan air karena celak adalah sebaik-baik perhiasan dan air adalah sebaik-baik wewangian.
5. Jagalah selalu waktu makannya, karena panasnya rasa lapar akan mudah membangkitkan kemarahan.
6. Ciptakan suasana tenang saat tidurnya karena tidur yang terganggu akan menimbulkan amarah.
7. Berusahalah selalu menjaga rumah dan hartanya karena mampu menjaga harta termasuk sebaik-sebaik kemampuan.
8. Jagalah selalu hubungan dengan keluarganya karena kemampuan menjaga hubungan dengan kerabat termasuk sebaik-baik pengaturan.
9. Jangan engkau sebarkan rahasianya karena jika engkau lakukan, niscaya engkau takkan aman dari pengkhianatannya.
10. Jangan pernah kau durhakai perintahnya, karena jika kau mendurhukai perintahnya, berarti engkau buat menggelegak dadanya.
Semakin kau agungkan dia, dia pun makin memuliakanmu. Semakin sering engkau seia-sekata dengannya, dia pun semakin baik kepadamu.
Ketahuilah, engkau takkan bisa melakukan semua ini sampai engkau utamakan keinginannya di atas keinginanmu, dan engkau utamakan keridhaannya di atas keridhaanmu, baik dalam hal-hal yang kau sukai maupun yang engkau benci.
Hati-hatilah, jangan sampai engkau bergembira di hadapannya manakala dia sedang gundah gulana, dan jangan bermuram durja di hadapannya tatkala dia sedang gembira.” (Takrimul Mar’ah fil Islam, hlm. 96-97)
Wallahu a’lam bish-shawab.



(LENGKAP) DO’A ISTIFTAH/”IFTITAH” YANG BENAR DAN ARTINYA DALAM LATIN BAHASA INDONESIA : Bacaan Iftitah dan terjemahannya, Do’a Iftitah dalam Sholat, “Do’a Iftitah Allaahumma ba’id baini”, Do’a Iftitah menurut sunnah

Doa-doa Istiftah

 oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari


 
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam  membuka bacaan beliau dalam shalat dengan mengucapkan doa-doa yang banyak lagi beragam. Di dalamnya beliau memuji Allah Subhaanahu wa Ta’ala, memuliakan-Nya dan menyanjung-Nya. Doa-doa inilah yang diistilahkan dengan doa istiftah. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam  bersabda kepada Rifa’ah ibn Rafi’ z, sahabatnya yang keliru dalam shalatnya (al-musi’u shalatuhu):
إِنَّهُ لاَ تَتِمُّ صَلاَةٌ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ فَيَضَعَ الْوُضُوْءَ –يَعْنِي مَوْضِعَهُ- ثُمَّ يُكَبِّرَ، وَيَحْمَدَ اللهَ l،وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ، وَيَقْرَأَ بمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ …
“Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang dari manusia hingga ia berwudhu lalu meletakkan wudhunya pada tempat-tempatnya, kemudian ia bertakbir, memuji Allah Subhaanahu wa Ta’ala  dan menyanjung-Nya serta membaca apa yang mudah baginya dari Al-Qur’an…” (HR. Abu Dawud no. 857, dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Doa istiftah ini dibaca dengan sirr (tidak dikeraskan), dan pendapat yang rajih (kuat) hukumnya mustahab (sunnah) sebagaimana pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang setelah mereka. Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Tidak diketahui ada yang menyelisihi pendapat ini, kecuali Al-Imam Malik Rahimahullah. Beliau berkata, ‘Tidak dibaca doa istiftah ini dan tidak ada sama sekali bacaan apapun antara Al-Fatihah dan takbir. Yang seharusnya ia ucapkan adalah bertakbir: Allahu Akbar, lalu membaca Alhamdulillahi Rabbil Alamin sampai akhir dari surah Al-Fatihah.” (Al-Majmu’, 3/278)
Al-Imam Al-Albani Rahimahullah berkata, “Pendapat Al-Imam Malik Rahimahullah ini memberikan konsekuensi batalnya tiga sunnah:
Pertama: doa istiftah
Kedua: isti’adzah (mengucapkan A’udzubillah… dst, memohon perlindungan dari gangguan setan)
Ketiga: basmalah
Padahal ini merupakan sunnah yang pasti lagi mutawatir dari Nabi n. Yang nampak, sunnah-sunnah ini tidak sampai kepada Al-Imam Malik Rahimahullah. ataupun sampai kepada beliau akan tetapi beliau tidak mengambilnya karena suatu sebab menurut beliau.” (Ashlu Shifati Shalatin Nabi n, 1/239-240)
Sebagaimana telah disinggung di atas, doa-doa istiftah itu banyak dan beragam. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sendiri mengganti-ganti bacaan doa istiftahnya. Terkadang membaca doa yang ini, di kali lain membaca doa yang itu dan seterusnya. Ketika shalat fardhu beliau membaca yang satu dan ketika shalat nafilah/sunnah beliau membaca yang lainnya.
Fadhilatusy Syaikh Al-Imam Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah berkata, “Sepantasnya bagi seseorang beristiftah sekali waktu dengan (doa istiftah) yang ini dan di waktu lain dengan (doa istiftah) yang itu, agar ia menunaikan sunnah-sunnah seluruhnya. Dengan cara seperti itu, berarti ia juga menghidupkan sunnah serta lebih menghadirkan hati. Mengapa? Karena bila seseorang hanya membaca satu macam doa istiftah secara terus-menerus (tidak menggantinya dengan doa yang lain), niscaya hal itu akan menjadi kebiasaan baginya. Sampai-sampai saat ia bertakbiratul ihram dalam keadaan hatinya lalai (tidak perhatian dengan amalan shalatnya) sementara telah menjadi kebiasaannya beristiftah dengan “Subhanaka allahumma wa bihamdik…”, maka ia akan dapati dirinya tanpa sadar mulai membaca doa istiftah tersebut.” (Asy-Syarhul Mumti’, 3/48)
Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:
1. Bacaan:
اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
ALLAHUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB. ALLAHUMMA NAQQINII MINAL KHATHAAYAA KAMAA YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAHUMMAGHSIL KHATHAAYAAYA BILMAA’I WATSTSALJI WAL BARAD
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.” (HR. Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 1353, dari Abu Hurairah z)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat fardhu.

2. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ. وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
 
“WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDLA HANIIFAN WAMAA ANAA MINAL MUSYRIKIIN, INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MINAL MUSLIMIIN ALLAHUMMA ANTAL MALIKU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ANTA RABBII WA ANAA ‘ABDUKA ZHALAMTU NAFSII WA’TARAFTU BI DZANBII FAGHFIL LII DZUNUUBII JAMII’AN INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUB ILLAA ANTA WAH DINII LIAHSANAIL AKHLAAQ LAA YAHDII LIAHSANIHAA ILLAA ANTA WASHRIF ‘ANNII SAYYI`AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI`AHAA ILLAA ANTA LABBAIKA WA SA’DAIKA WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIK WASY SYARRU LAISA ILAIKA ANAA BIKA WA ILAIKA TABAARAKTA WA TA’AALAITA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA”
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus mengarah kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri1. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu2. Aku berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR. Muslim no. 1809 dari Ali bin Abi Thalib z)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam  mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat fardhu dan shalat nafilah. Ini menyelisihi pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa doa istiftah ini dibaca dalam shalat lail (tahajud), seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi Rahimahullah dalam Musnad-Nya (23) dan Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Zadul Ma’ad (1/51) mengatakan, “Yang benar, doa istiftah ini hanyalah diucapkan beliau n dalam qiyamul lail.” Namun pendapat yang benar sebagaimana yang telah kami sebutkan. (Ashlu Shifah Shalatin Nabi n, 1/249)

3. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي, وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ، وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحاَنَكَ وَبِحَمْدِكَ

“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan aku lurus, condong kepada al-haq lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri. Ya Allah, Engkau adalah Raja tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Mahasuci Engkau dan sepenuh pujian kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’i no. 898 dari Muhammad bin Maslamah z. Dishahihkan dalam Shahih Ibni Majah dan Al-Misykat no. 821)

4. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَقِي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus condong kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku kepada amalan yang terbaik dan akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada amalan dan akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Jagalah aku dari amal yang buruk dan akhlak yang jelek, tidak ada yang dapat menjaga dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau.” (HR. An-Nasa’i no. 896 dari Jabir c. Dishahihkan dalam Shahih Ibni Majah dan Al-Misykat no. 820)

5. Bacaan:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
“SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABARAKAS-MUKA WA TA’ALA JADDUKA WA LA ILAHA GHAIRAKA”
“Mahasuci Engkau, ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Mahatinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776, An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri z. Dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang maknanya, “Ucapan yang paling dicintai oleh Allah adalah seorang hamba mengucapkan: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ… (Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dalam At-Tauhid, 2/123. Juga diriwayatkan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, 488/849, dengan sanad yang hasan sebagaimana dalam Ash-Shahihah no. 2939)

6. Bacaan:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, وَتَبَارَكَ اسْمُكَ, وَتَعَالَى جَدُّكَ, وَ لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (ثَلَاثًا), اللهُ أَكْبَر كَبِيْرًا (ثَلَاثًا)
“Mahasuci Engkau, ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah keberkahan nama-Mu, Mahatinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau. Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (3 kali), Allah Maha Besar (3 kali).” (HR. Abu Dawud no. 775 dari Abu Sa’id Al-Khudri z. Dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat malam (tahajud).

7. Bacaan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
ALLAHU AKBAR KABIRAW WAL HAMDU LILLAHI KATSIIRAW WASUBHAANALLAAHI BUKRATAN WA ASHIILAN
“Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan yang selainnya dari Ibnu Umar c)
Doa ini diucapkan seorang sahabat ketika beristiftah, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah menanyakan siapa pengucapnya, beliau bersabda, “Aku merasa kagum dengan doa tersebut! Dibukakan untuk doa tersebut pintu-pintu langit.”

8. Bacaan:
الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
ALHAMDU LILLAHI HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI 
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik z)
Doa ini diucapkan seorang sahabat yang lain ketika beristiftah, maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh aku melihat dua belas malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang akan mengangkat doa tersebut.”

9. Bacaan:
اللُّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ، لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ حَقٌّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمّدٌ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، وَلاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ

“Ya Allah, hanya milik-Mu lah segala pujian. Engkau adalah Penegak (yang menjaga dan memelihara) langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Dan hanya milik-Mu lah segala pujian, hanya milik-Mu lah kerajaan langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah pemberi cahaya langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah Raja langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Hanya milik-Mu lah segala pujian. Engkau adalah Al-Haq (Dzat yang pasti wujudnya), janji-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar, ucapan-Mu benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu benar, Muhammad itu benar dan hari kebangkitan itu benar (akan terjadi). Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku kembali, dan hanya karena-Mu aku berdebat, hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosa yang telah kuperbuat dan yang belakangan kuperbuat, ampunilah apa yang aku rahasiakan dan apa yang kutampakkan. Engkau adalah Dzat yang Terdahulu, dan Engkau adalah Dzat yang Paling Akhir, tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 1120 dan Muslim no. 1805 dari Ibnu Abbas c, lafadz yang dibawakan adalah lafadz Al-Bukhari)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat tahajjud.

10. Bacaan:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَئِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كاَنُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ

“Ya Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil! Wahai Yang memulai penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya! Wahai Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang tampak! Engkau menghukumi/memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka berselisih di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim no. 1808 dari Aisyah x)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya dalam shalat lail (shalat malam).
11. Bacaan:
اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ (عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)
Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali). Mahasuci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah (10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali).
(kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali)
(kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).
(HR. Ahmad 6/143 dan Ath-Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah x, dengan sanad yang shahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi n, 1/267 )

Doa-doa istiftah tersebut tidak digabungkan saat dibaca

Doa-doa istiftah di atas tidak digabungkan saat dibaca, karena Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam  ketika ditanya Abu Hurairah Radhiyallaahu ‘anhu tentang bacaan istiftah beliau, beliau menjawab dengan bacaan:
اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ….
Beliau tidaklah menyebut doa istiftah yang lain setelah itu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak menggabungkan doa-doa istiftah yang ada. (Asy-Syarhul Mumti’, 3/52)

Sumber :
Shifat Shalat Nabi bagian 5, Majalah AsySyariah Edisi 059, (ditulis oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari)

Senin, 09 Desember 2013

Tabligh Akbar 3 Dai, Jumat 26 Juli 2013, Al Quran itu Mukzizat 1


BATU KECIL PENGINGAT PESAN

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja. 

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itulalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya. 

Alloh swt kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah dan menoleh (ingat) kepadaNya. Seringkali Alloh melimpahi kita dengan rahmat serta karunia berupa harta, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah apalagi ingat kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Alloh sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita. 
Jadikanlah semua yang menimpa pada kita sebagai rasa sayang Alloh kepada hambaNya!!


Minggu, 08 Desember 2013

Tabligh Akbar 3 Dai, Minggu 14 Juli 2013, Memahami Tujuan Hidup 2


3 Dai, Sabtu 3 Agustus 2013, Menyeimbangkan Dzikir, Fikir, dan Ikhtiar 2


kamu, tulang rusukku

Kisah yang penuh iktibar, semoga kita dapat mengambil pengajaran dari padanya.

WANITA: Menurut kamu, saya ini siapa?
LELAKI: (Berfikir sejenak, lalu menatap WANITA dengan pasti) Kamu, tulang rusukku! Kerana Allah melihat bahawa Adam kesepian. Saat Adam sedang lena tidur, Allah mengambil rusuk Adam dan menciptakan Hawa. Semua LELAKI mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hatinya….

Setelah menikah, pasangan itu mengalami masa yang indah dan manis untuk sementara.

Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kelelahan hidup yang ada. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain. Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.

Pada suatu hari pada akhir sebuah pertengkaran WANITA lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak ‘Kamu tidak cinta saya lagi!!!’. LELAKI sangat membenci ketidakdewasaan­ WANITA dan secara spontan juga berteriak ‘Saya menyesali pernikahan ini! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!!!’

Tiba-tiba WANITA terdiam, dan berdiri kaku untuk beberapa saat. LELAKI menyesali akan apa yang sudah dia katakan, tetapi seperti air yang telah tertumpah tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, WANITA kembali ke rumah dan mengambil barang-barangny a, bertekad untuk berpisah. ‘Kalau saya bukan tulang rusukmu, biarkan saya pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan­ sejati masing-masing’ .

Lima tahun berlalu.
LELAKI masih belum menikah, tetapi berusaha mencari kabar akan kehidupan WANITA. WANITA pernah ke luar negeri tetapi sudah kembali. Dia pernah menikah dengan seorang asing dan bercerai. LELAKI agak kecewa jika mengetahui WANITA tidak menunggu, sepertinya. Dan di tengah malam yang sunyi, dia meminum kopinya dan merasakan sakit di hatinya. Tetapi LELAKI tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan WANITA.

Suatu hari, mereka akhirnya bertemu kembali. Di airport, tempat di mana banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas.
LELAKI: Apa kabar?
WANITA: Baik… Kamu sudah menemui tulang rusukmu yang hilang?
LELAKI: Belum.
WANITA: Saya akan terbang ke New York dengan penerbangan berikut. Saya akan kembali 2 minggu lagi. Telepon saya kalau kamu ada waktu. Kamu tahu nombor telepon saya kan ? Tidak ada yang berubah.
WANITA tersenyum manis, berlalu mengucapkan ‘Selamat tinggal..’

Satu minggu kemudian, LELAKI menerima kabar WANITA adalah salah seorang korban Menara WTC. Malam itu, sekali lagi, LELAKI meneguk kopinya dan kembali merasakan sakit dihatinya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena WANITA, tulang rusuknya sendiri yang telah dengan bodohnya dia patahkan.

Kita melampiaskan 99% kemarahan walau kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya adalah penyesalan. Seringkali penyesalan itu datang di kemudiannya, akibatnya setelah kita menyadari kesalahan kita, semua sudah terlambat… Karena itu, jagalah dan sayangilah orang yang dicintai dengan sepenuh hati…

Sebelum mengucapkan sesuatu berfikirlah dahulu,apakah kata-kata yang kau ucapkan akan menyakiti orang yang dicintai? Kira merasakan akan menyakitinya, sebaiknya jangan pernah dikatakan. Karena semakin besar risiko untuk kehilangan orang yang dicintai. Jadi berpikirlah, apakah kata-kata yang akan diucapkan sebanding dengan akibat yang akan diterima??

Tak perlu mencari teman secantik BALQIS,
Jika diri tak seindah SULAIMAN,
Mengapa mengharap teman setampan YUSUF,
Jika kasih tak setulus ZULAIKHA,
Tak perlu diri menjadi seteguh IBRAHIM,
Jika tak sekuat SARAH,
Mengapa didamba teman hidup seistimewa KHADIJAH,
Jika diri tak sesempurna RASULULLAH SAW.
 
 

3 Dai, Minggu 28 Juli 2013, Menyeimbangkan Dzikir, Fikir, dan Ikhtiar 1


Sabtu, 07 Desember 2013

Tabligh Akbar 3 Dai, Jumat 19 Juli 2013, Hijab Hati


Inilah Alasan Rasulullah Melarang Meniup Air Yang Masih Panas

Air dan Makanan panas biasanya sangat enak untuk di santap lebih hangat, dan untuk menghangatkan makanan atau minuman tersebut kita sering kali meniupnya, Apakah kalian tau seharusnya itu tidak boleh di lakukan dan ada larangannya.

‘‘Hadits Abu Sa'id Al-Khudri ra, bahwa Nabi melarang untuk meniup di dalam air minum...!!!
’’ (HR. At-Tirmidzi no. 1887 dan beliau mensahihkannya)

Jadi Walaupun pun panas, kita jangan meniup makanan atau air minum. Nabi melarang para sahabatnya meniup air panas yang akan diminum. karena itu semua bisa mengganggu kesehatan kita.

Menurut Para Peneliti.
Ternyata Dalam penelitian Science Air panas (H2O) bertemu karbondioksida (CO2) yang di hembuskan oleh mulut (manusia mengeluarkan CO2), maka akan menghasilkan persenyawaan H2CO3, asam karbonat. Dan jika asam karbonat ini masuk ke dalam tubuh manusia, maka bisa mengakibatkan penyakit jantung.

Subhanallah...
 
 

Jangan Pakai Kawat Gigi karena Alasan Gaya

Melihat orang yang memakai kawat gigi tentu bukan pemandangan langka, apalagi sekarang kawat gigi atau behel sudah dianggap bagian dari mode. Padahal, pemakaian kawat gigi bukan hal main-main.
Kalau diikat jadi satu seperti ketika memakai kawat gigi, saat ada tekanan tidak akan bisa dipakai maksimal. Malah bisa menyebabkan tekanan pada tulang sehingga akhirnya tulang rusak dan gigi goyang


Tujuan utama dari penggunaan kawat gigi adalah merapikan dan meratakan gigi sehingga gigi lebih mudah dibersihkan dan mampu berfungsi semestinya.

"Kalau memang harus memakai kawat gigi alasan utamanya adalah memperbaiki fungsi gigi. Kalau gigi tidak rata maka makan menjadi tidak enak, sendi rahang rusak, bahkan bisa menyebabkan sering sakit kepala atau nyeri leher," papar drg.Zaura Rini.

Mereka yang direkomendasikan untuk menggunakan kawat gigi adalah orang yang mengalami rahang maju atau mundur, jarak gigi yang satu dengan yang lain jauh, adanya caling (tumbuhnya gigi di atas gigi lain), gigi berjejalan, atau jumlah gigi tidak normal.

Dokter gigi yang diakrab disapa Rini itu menjelaskan, efek samping dari penggunaan kawat gigi tidak sederhana seperti yang dibayangkan orang.

Pemasangan kawat gigi akan membuat sisa-sisa makanan lebih mudah terkumpul di sela kawat. "Tuhan menciptakan gigi yang licin ada tujuannya, yakni supaya makanan tak mudah nyangkut," papar ketua pengurus besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia ini.

Selain itu, gigi yang berderet di mulut manusia tidak diikat menjadi satu sehingga masing-masing punya kekuatan untuk menguyah makanan.

"Kalau diikat jadi satu seperti ketika memakai kawat gigi, saat ada tekanan tidak akan bisa dipakai maksimal. Malah bisa menyebabkan tekanan pada tulang sehingga akhirnya tulang rusak dan gigi goyang," paparnya.

Ditambahkan oleh drg.Ratu Mirah Afifah, karena makanan di sela-sela kawat gigi lebih sulit dibersihkan, maka akan lebih mudah terjadi penimbunan plak sehingga berisiko karies atau lubang gigi.

"Terkadang kerusakan gigi baru terlihat saat kawat gigi dilepas. Selain itu, pemakaian kawat gigi akan menarik gusi sehingga gigi menjadi lebih sensitif," kata Profesional Relationship Manager Oral Care PT.Unilever Indonesia ini.

Rini menjelaskan bahwa pemasangan kawat gigi bukanlah pekerjaan sederhana. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mendapatkan gigi yang rapi. Karena itu pasien harus rajin kontrol ke dokter gigi. Biaya yang harus dikeluarkan juga tak sedikit.

"Kalau ingin memakai kawat gigi datangkan ke dokter gigi yang kompeten melakukannya. Kalau bukan pada ahlinya sangat beresiko mengalami komplikasi sehingga biaya menjadi jauh lebih mahal," katanya.

sumber:kompas.com


Kisah Nyata Keluarga Sakinah MW Hasan & Siti

Pada th.90 ada sepasang suami-istri sebut saja namanya Hasan & Siti yang menikah disebuah desa kecil didaerah Tasikmalaya –

Jawa Barat tepatnya diperkampungan pesantren - singaparna, mereka berdua adalah anak yatim-piatu yang dipertemukan Allah SWT memang atas dasar cinta.

Tapi ternyata ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu keduanya memiliki kesamaan ahlak & iman yang kuat sehingga bahtera rumah tangga mereka yang berlandaskan iman & taqwanya yg kuat thd Allah SWT membuat mereka hidup bahagia,

maka kehidupan rumah tangga mereka pun yang baru berjalan sekian tahun sudah dikarunia sepasang anak yang lucu & cerdas, rumah mewah, mobil dan harta yang cukup berlimpah dalam kurun waktu yang amat singkat, dan hebatnya hampir tidak ada goncangan yang berarti pada rumah tangga mereka....

singkat kata mereka telah diberikan Allah SWT kebahagiaan Syurga dunia…begitulah sebutan kerabat & tetangganya kepada keluarga ini, seiring berjalannya waktu Hasan yang tampan & Siti istrinya yang cantik jelita, mereka selalu akur, tutur kata mereka sangat lembut kepada siapa saja,

mereka juga gemar menolong sesama, intinya mereka sangat disukai lingkungan dan membuat banyak pasangan rumahtangga lainnya disekeliling mereka terhipnotis oleh kharisma pasangan ini, kendati demikian mereka tiada takabur atau sombong, dan tiada lupa bersyukur akan nikmat yang Allah berikan.

Mereka selalu menjaga silahturahmi kepada sanak family maupun tetangga dan selalu ringan tangan untuk berderma kepada fakir miskin, masjid-masjid, hingga panti-panti asuhan diseantero kota Bandung dan Jakarta,

hingga kedermawanan keluarga ini pun selalu membawa berkah & nikmat dari Allah yang tiada putus-putusnya, hingga pada satu waktu ditahun 2000 Siti sang istri telah meninggal dunia dan Hasan pun terpukul dalam waktu yang cukup panjang, ia tak kunjung dapat melupakan Almarhumah istri tercintanya itu.

Padahal sebagai pria mapan dewasa yang cukup tampan dan telah memiliki beberapa perusahaan sekaligus jabatan Top Manajemen alias Direktur disebuah Bank skala Besar dikota Bandung itu bisa saja jika ia ingin menikah lagi dengan wanita yang lebih cantik dari Almarhumah istrinya,

karna terbukti pasca kematian Siti istri tercintanya itu, betapa banyaknya wanita yang lebih cantik dari almarmumah istrinya yang ingin sekali menggantikan posisi istrinya yang telah wafat,

dan kedua orang anak sholehnya pun yang telah beranjak dewasa dan mengerti akan jiwa rapuh ayahnya sepeninggal ibundanya, mereka selalu mendorong sang Ayah untuk segera menikah lagi agar dapat merelakan kepergian sang Bunda 8 th yg lalu.

Betapa tidak, mulai dari beberapa Wanita cantik dikota Bandung yang karirnya sudah mapan & selevel dengan Hasan hingga mahasiswi kuliahan,

selalu ingin menarik perhatian Hasan dan mencoba merebut cintanya, tetapi Hasan tiada tergoyahkan untuk segera menikah lagi, "tidak ada yang bisa menggantikan almarhumah bunda dihati ayah nak....."

begitu selalu jawab Hasan kepada kedua orang anaknya, Kenapa pasal..??? rupanya Ketika salah satu ustadz pengajar dipesanren Da’arul Tauhid menanyakannya, Ternyata duda tampan & kaya raya itu tidak bisa melupakan istrinya karna satu hal.......

Hal yang tidak dapat dilupakanya hingga sekarnang yaitu sebelum istrinya meninggal dunia, ia datang menhampiri Hasan dikamarnya yg sedang terkulai lemas karna sakit, membawa segelas air putih & obat dari dokter untuk diminum Hasan pagi itu, kemudian Siti minta ijin untuk melakukan shalat dhuha sendirian kepada suaminya, Ayah....

kali ini Bunda mohon ijin sholat dhuha duluan tanpa Ayah yaaa...? Karna Bunda sudah ditunggu.....tanpa menunggu persetujuan sang suami tercinta & menyebutkan siapa yang telah menunggunya, istrinya bergegas menuju ruangan sholat dirumah mereka...

sebab pagi itu kebetulan Hasan sedang tidak enak badan, padahal biasanya Hasan selalu menjadi imam bagi istrinya dalam melakukan sholat berjamaah selama bertahun-tahun lamanya, yah benar selalu dilakukan berjamaah…

mulai dari sholat lima waktu, shalat sunnah hingga tiap tahun pergi haji bersama pun selalu mereka lakukan dengan berjamaah. Maka tak heran kehidupan mereka pun selalu berlimpah harta yang barokah dari Allah SWT...

satu jam kemudian Hasan memanggil istrinya berkali-kali Bunda......Bun....Bunda.....???

namun tiada jawaban dari ruangan sholat...setengah curiga kemudian Hasan berjalan menghampiri istrinya perlahan dengan setengah merintih karna dia belum pulih benar dari sakitnya....

sesampai diruang shalat, Hasan tertegun menatap sambil menunggu istrinya yg tengah lama sujud tak bergeming dari posisinya.....

.beberapa menit kemudian ia tersadar apa yg telah terjadi pada Siti, spontan ia menjerit sambil meraih tubuh istrinya Subhanallah....Bundaaaaaa.......!!!!!!.....

sesaat kemudian Hasan menagis seraya mengucap.....InnaLillahi Wa..InnalillahiRojiuuunnnn.......AllahuAkbar....Bundaaaaaa......Hasan menangis sejadi-jadinya......

hingga tak lama kemudian kedua putra-putrinya, supir & para pembantunya datang berhamburan melihat apa yg terjadi diruangan shalat.....

dan setelah menyadari apayang terjadi mereka pun ikut menagisi kepergian Siti yg tengah terkulai kaku dengan tasbih yg masih digenggamnya dengan erat dan senyum manis dibibirnya.......

.dan ditengah kesedihan yg dalam saat itu, seumur hidupnya Hasan benar-benar terpukau dengan kecantikan istrinya dipagi itu......Sungguh ia & kedua anaknya memeluk istrinya dengan erat seraya berbisik ditelinga Siti......

Demi Allah Bunda...Ayah sangat mencintaimu Bunda...tapi rupanya cinta Allah lebih besar lagi kepadamu....

.hingga akhirnya Dia menjemputmu pagi ini dengan cara seperti ini......Subhanallah....Selamat Jalan istriku.....

selamat bertemu dengan-Nya.....tunggu kami bertiga disana yaa sayang.......kedua anaknya pun menangisi kepergian Siti....Bundaaaaa......

Jangan Tinggalkan kami Buuuuunnnnnn..........Ayah bangunkan bunda yah......Sungguh benar-benar kejadian yg sangat mengharukan sekali dihari jumat pagi itu......

dan begitulah...rupanya memang shalat dhuha yang dilakukan Siti dipagi itu adalah shalat dhuha untuk yang terakhir kalinya…ya benar untuk yang terakhir kalinya........

Siti tidak bangun & beranjak lagi dari sujudnya yang terakhir…karna malaikat maut telah menjemputnya dihari jumat pagi itu...

Subhanallah…Sungguh kematian yang sangat indah dan khusnul khotimah….

kematian yg sangat diinginkan setiap hamba Allah yg bertaqwa.....begitulah kurang lebih komentar beberapa ustadz ditempat tinggal mereka saat prosesi pemakaman berlangsung.....

Subahanallah Subahanallah Subahanallah

Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci.


7 Kiat Bangun Shubuh

Bangun shubuh teramat berat bagi sebagian orang. Adakah kiat-kiat untuk bangun Shubuh ?

Ada beberapa kiat yang bisa membantu kaum muslimin untuk mudah bangun Shubuh:

1- Takwa dan perhatian dengan waktu shalat

Orang yang bertakwa tentu akan dimudahkan urusannya termasuk dalam melaksanakan shalat Shubuh. Begitu pula jika seseorang perhatian dengan waktu Shalat, maka itu akan jadi kebiasaan dia. Layaknya anak kecil yang dijanjikan untuk pergi tamasya, tentu saja ia akan bangun sebelum waktu yang ditetapkan meskipun tidak ada yang akan membangunkannya.

2- Tidur di awal malam dan tinggalkan begadang

Ada yang mengetahui dengan detail batas waktu kapan ia harus tidur agar dapat bangun Shubuh. Jika melampaui batas waktu tersebut, ia pasti akan ketinggalan shalat, maka dalam kondisi ini ia tidak boleh begadang hingga melewati batas waktu yang dapat menyebabkanya jatuh ke dalam kelalaian dalam menunaikan kewajiban ini.

Perlu diketahui bahwa begadang tanpa ada kepentingan dibenci oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ الْعِشَاءِ وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat ‘Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai luput dari shalat shubuh berjama’ah. ‘Umar bin Al Khottob sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah shalat Isya, beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!” (Syarh Al Bukhari, 3: 278).

3- Menggunakan alat-alat pengingat seperti pada jam tangan atau pada handphone.

4- Membiasakan tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari.

Agar terbiasa bangun Shubuh, maka harus dipaksakan di awal dan terus dibiasakan setelah itu. Karena jika sudah ada ritme tidur dan bangun, pasti akan mudah bangun Shubuh meski tidak menggunakan weaker atau alarm.

5- Tidur di alas yang memudahkan proses bangun.

Terkadang seseorang terpaksa harus bergadang karena suatu tuntutan, hingga ia merasa tidak akan dapat bangun pada waktu shalat, maka solusinya adalah dengan merubah alas tidur, misalnya tidur di atas lantai tanpa alas, atau tanpa bantal di luar kamar tidurnya, dan begitu seterusnya selalu melakukan perubahan-perubahan yang dapat mengusir tidur yang nyenyak dan dapat meringankan proses bangun.

6- Menjaga adab Islami sebelum tidur.

a- Tidurlah dalam keadaan berwudhu.

Hal ini berdasarkan hadits Al Baro’ bin ‘Azib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلاَةِ ، ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ

“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

b- Tidur berbaring pada sisi kanan.

Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, “Tidur berbaring pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin malas)” (Zaadul Ma’ad, 1: 321-322).

c- Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul a’udzu bi robbil falaq), dan surat An Naas (qul a’udzu bi robbinnaas), masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh istrinya ‘Aisyah.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017). Membaca Al Qur’an sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini lebih bermanfaat bagi hati daripada mendengarkan alunan musik klasik sebelum tidur.

d- Membaca ayat kursi sebelum tidur.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ ، فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . فَذَكَرَ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ ، وَلاَ يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « صَدَقَكَ وَهْوَ كَذُوبٌ ، ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskan aku menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai pagi”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Benar apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu setan”. (HR. Bukhari no. 3275)

e- Membaca do’a sebelum tidur “Bismika allahumma amuutu wa ahyaa”.

Dari Hudzaifah, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur, beliau mengucapkan: ‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: “Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324)

Semoga kita dapat mengambil pengetahuan yang bermanfaat dan bernilai ibadah. Aamiin


Jumat, 06 Desember 2013

ZIKIR " LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAH "

 
 
La haula wa la quwwata illa billah
 
(Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah semata-mata)

-Kalimat ini adalah kalimat yang ringkas, namun syarat makna dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,
يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga” (HR. Bukhari no. 7386
-Kalimat “laa haula wa laa quwwata illa billah” adalah kalimat yang berisi penyerahan diri dalam segala urusan kepada Allah Ta’ala. Hamba tidaklah bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah.
-Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.”
-Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”
-Ibnu Mas’ud berkata,
لا حول عن معصية الله إلا بعصمته، ولا قوة على طاعته إلا بمعونته “Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”
-Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 26-27)

Manfaat dan kelebihan memperbanyak mengucapkan zikir Laa Hawla wa Laa Quwwata illa Billaah :

1. Sebagai simpanan kekayaan yang berlimpah di surga, dan pengaruhnya sangat menakjubkan.

-Dari Abi Musa Al-Asy'ari radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepadaku: "Maukah aku tunjukkan kepadamu salah satu bacaan yang menjadi simpanan kekayaan di dalam syurga?", Maka aku menjawab: "Tentu, wahai Rasulullah". Maka beliau menjawab: "Ucapkanlah

 لاَحَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله 
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)

-Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan: Kalimat 

لاَحَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله 
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
mempunyai pengaruh yang sangat menakjubkan saat menanggung beban pekerjaan yang sulit dan keras, atau saat menghadap kepada raja dan orang yang ditakutkan, selain pengaruhnya yang efektif untuk menolak kemiskinan.

-Hubaib bin Salamah rahimmullah sangat senang saat menghadapi musuh atau mengepung sebuah benteng memperbanyakkan ucapan 

لاَحَوْلَ وَلاَ قوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ 
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
Diceritakan bahawa suatu hari ia mengepung sebuah benteng milik bangsa Romawi sehingga ia putus asa, lalu tentara kaum mislimin membaca zikir tersebut sambil bertakbir, akhirnya benteng tersebut hancur. 

2. Penawar bagi segala penyakit dan penderitaan seperti rasa bimbang.

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Barangsiapa yang mengucapkan :-
 لاَ حَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ 
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
maka hal itu sebagai penawar baginya dari sembilan puluh sembilan penyakit dan yang termudah adalah rasa bimbang"

3. Pencegah bahaya, dan bahaya yang paling rendah adalah bahaya kemiskinan.

Makhul rahimahullah berkata: Barangsiapa yang yang mengatakan:
 
 لاَ حَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ 
(Laa Haula wa Laa Quwwata illa Billaah)
maka akan lenyap dari dirinya tujuh puluh pintu petaka, yang paling rendah adalah bencana kemiskinan. 

Semoga lisan ini selalu diberi taufik oleh Allah Swt untuk selalu senantiasa basah dengan dzikir kepada-Nya...